Ini adalah rumah. Tempat kesekian mengadu setelah Sang Maha Pencipta. Tanpa perang urat syaraf antara gerombolan pemangsa warta, juga adu ke-ti-kan di antara mereka yang dipermainkan dunia.
Entah bagaimana, di sini, gerilya persepsi kau temukan, terjerat dalam jarak pandang. Ini bukanlah pergerakan, perlawanan bahkan amunisi. Demi warasnya pikiran, tinta digital ini tak lihai memeluk bedil sekalipun mengayun bom dalam genggaman.
Ini adalah rumah. Tempat berlindungnya bising dalam pikiran. Karena sesungguhnya, dia takut. Terbata dalam memilin kata.
0 Comments
Posting Komentar